Gerakan Mahasiswa Nilai 'People Power' Tak Berguna
Minggu, 12 Mei 2019 21:38 WIBKetua Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Robaytullah Kusuma Jaya menilai gerakan people power yang digaungkan kelompok pendukung pasangan 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terlalu berlebihan.
Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Robaytullah Kusuma Jaya menilai gerakan people power yang digaungkan kelompok pendukung pasangan 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terlalu berlebihan.
Roy, sapaannya, mengatakan, pihak-pihak yang tidak dapat menerima hasil akhir pemilu mestinya menempuh langkah sesuai konstitusi.
"People power ini gerakan berlebihan. Padahal di negara ini sudah disiapkan ruang hukum apabila ada peserta pemilu yang tidak terima dengan hasil KPU. Ini gerakan yang sangat-sangat naif dan sangat tidak berguna," ujar Roy saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (11/5).
Roy meminta pada siapapun termasuk kader GMNI untuk bersabar dan menahan diri terkait hasil akhir pemilu. Pasalnya saat ini KPU masih melakukan proses penghitungan dan baru akan diumumkan secara resmi pada 22 Mei mendatang.
"Jalur konstitusi yang sesuai undang-undang kan sudah ditetapkan, silakan diikuti. Kalau memang tidak diterima silakan melalui Mahkamah Konstitusi," katanya.
Sejumlah tokoh pendukung Prabowo-Sandi, seperti Amien Rais, dan Eggi Sudjana melontarkan sejumlah pernyataan tentang people power. Mereka mengingatkan KPU agar adil dan tidak curang, sebab dikhawatirkan bila penyelenggara Pemilu curang maka akan berhadapan dengan people power.
Hal senada disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Saddam Al Jihad yang menilai gerakan people power saat ini telah mengalami pergeseran makna dan sangat politis.
"Jelas itu sangat politis karena momentum yang dibangun adalah persoalan politik dan ini sangat potensial menggiring opini antara (kubu) 01 dan 02," ucapnya.
Ia meminta agar semua pihak tetap menghormati proses penghitungan yang dilakukan KPU. Jika memang terbukti ada dugaan kecurangan dari hasil tersebut, Saddam mengimbau agar pihak yang dirugikan menempuh mekanisme hukum yang berlaku.
"Saya sangat tegas menolak gerakan-gerakan delegitimasi secara inkonstitusional. Artinya dalam skala politik pun kita harus berbasis hukum," kata Saddam. "KPU, Bawaslu, sudah disumpah jabatan secara konstitusi maka dia punya kewenangan konstitusional. Ini yang harus kita hargai."
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Pentingnya Kedewasaan Berdemokrasi untuk Kemenangan Bersama!
Selasa, 16 Juli 2019 02:55 WIBGerakan Mahasiswa Nilai 'People Power' Tak Berguna
Minggu, 12 Mei 2019 21:38 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler